Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Jumat, 07 Maret 2014


Tak
hanya kota-kota di luar Eropa ingin dijelajahi keluarga pelancong.
Kota-kota di dalam negeri banyak pula bisa disaksikan keindahannya. Banyak
kota atau desa-desa tertentu memiliki kekhasan tersendiri. Kota-kota
besarnya seperti München, Berlin, Hamburg dan Köln berciri metropolitan
dengan segala hiruk-pikuknya.
Desa-desa beserta peternakan memiliki keindahannya juga. Kota-kota tua
abad pertengahan yang sebagian besar masih terpelihara, sehingga kita
serasa mengunjungi masa silam. Pun istana-istana megah jaman dahulu
tempat mendiang raja-raja di Jerman bertahta atau bermukim.
Salah
satu istana terindah adalah Neuschwanstein di dekat kota kecil Füssen
di lereng Pegunungan Alpen. Dibangun atas perintah Raja Ludwig II. Otto
Friedrich Wilhelm von Bayern, pencetus pembangunan istana-istana indah
di abad kesembilan belas. Di antara istana-istana Ludwig, Nueschwanstein
adalah yang termasyur, dikunjungi berjuta pelancong setiap tahunnya,
dijadian contoh istana Disneyland, serta dijadikan setting film-film
dongeng.
Seperti
biasa, dari kota Nuernberg, kota tempat tinggal kami saat itu, kami
membeli tiket akhir minggu. Empat jam perjalanan menuju arah selatan, ke
Pegunungan Alpen dengan kereta api ekonomi. Mulai dari München,
lintasan kereta semakin menanjak. Kami pun melalui danau, pedesaan.
Semuanya tampak tentram. Karena memang merupakan salah satu daerah
tujuan utama di selatan jerman, maka kami pun bareng banyak
turis di dalam kereta. Bahasa-bahasa asing selain jerman terdengar di
seantero gerbong. Hampir tengah hari, sampailah kami di Füssen.
Dari
Füssen kami masih harus naik bus lagi menuju Schwangau, nama desa
dimana Neuschwanstein menjulang. Karena ramai pengunjung menuju kesana,
tempat duduk bus besar ini tak mampu menampung semua. Penumpang berdiri
membludak jumlahnya. Namun semua tampak cuek. Kami pun
bersyukur masih terangkut oleh bus. Sekali lagi, berdesakan dalam bus,
tak terlalu terasa karena perjalanan tak terlalu jauh, tak sampai
setengah, dan pemandangan selama perjalanan. Bahkan para banyak
penumpang berteriak kagum saat kami disuguhi pemandangan danau warna
putih di luar sana. “Wow, indah nian!” seru mereka hampir serempak.
Dari
halte pemberhentian di Schwangau, kemegahan Neuschwanstein segera
memancar. Perasaan Emak pun jadi berubah romantis. Rasanya memang
seperti berada di negeri dongeng. Hidup bersama para putri raja dan
pangeran.
Awalnya,
kami tak langsung memanjat bukit untuk mengunjungi istana. Kami
memperhatikan sebentar daerah disini sebelum memutuskan mau kemana dulu.
Banyak
sekali turis-turis berwajah asia mendominasi jumlah pelancong. Bus-bus
wisata mengangkut para rombongan ini. Tampaknya sebagian besar mereka
berasal dari Jepang, sebab kami perhatikan petunuk wisata di sini pun
dibuat dalam tiga bahasa, jerman, inggris dan jepang.
Kami
berfoto dulu di dekat istana Hohenschwangau, istana lain yang letaknya
tak setinggi Neuschwanstein. Hohenschwangau tak seindah satunya. Tapi
terlihat cukupbesar dan megah. Kami juga berfoto dekat danau di kaki
bukit, Alpsee alias Danau Alpen. Tak banyak orang mendatangi danau ini
seperti kami. Mungkin karena dia bukan atraksi turis utama di daerah
ini.
Istana
Neuschwanstein masih sekilo meter lebih jauhnya dari mulut lokasi
wisata ini. Untuk bisa naik kesana, bisa dilakukan dengan tiga cara.
Naik bus, naik kereta kuda, dan berjalan kaki. Termahal, naik kereta
kuda. Turis-turis asal Jepang nampaknya banyak sekali menggunakan sarana
transportasi ini. Harga naik dan turun bukit tentu saja berbeda. Tiga
empat orang menaiki kereta kuda, sesekali berfoto bersama Pak Kusir yang
sedang bekerja. Mengendali kuda supaya baik jalannya.:) Yang lebih
murah, adalah naik bus. Berangkat pada jam-jam tertentu saja.
Kami,
tentu saja memilih yang termurah, menggunakan tenaga sendiri, alias
berjalan kaki. Berhemat sekalian berolah raga. Tanjakannya lumayan
terjal. Satu kilometer-an perjalanan rasanya bagai berkilo-kilo meter.
Berjalan pelan smabil ngos-ngosan, sampai juga kami di depan istana.
Akan
tetapi, rasa capek ini segera terbayar saat kami tiba di sana, di atas
bukit, dimana Neuschwanstein berdiri megah. Keindahan istana seakan
berbaur dengan keindahan alam sekitarnya. Pegunungan Alpen di kejauhan,
dua danau di kaki bukit, yakni Alpsee dan kleine Schwansee (Danau Angsa
Kecil). Rombongan turis lain tak kalah takjubnya dibanding kami. Sebaian
besar mengarahkan kamera mereka, mengabadikan keindahan Neuschwanstein
dan sekitarnya. Kami pun mengambil beberapa foto berlatar belakang
istana.
Jika
kita berjalan menuju jembatan tak jauh dari puri, maka akan kita
temukan tempat yang sangat cocok untuk memotret dengan latar belakang
Neuschwanstein. Jalan ini ditutup di musim dingin. Tak rugi menyempatkan
diri kemari untuk mendapatkan foto indah Neuschwanstein.